Rabu, 13 Juli 2011

Keutamaan Bulan Ramadhan - Bina Dhuafa Indonesia


Saudara-saudaraku, ini adalah lima perkara yang Allah persiapkan untuk kalian. Dengan lima perkara tersebut, kalian mendapat kekuhsusan dari Allah di atara ummat-ummat lainnya. Semua itu diberikan Allah untuk menyempurnakan berbagai nikmat-Nya kepada kalian. Sunnguh betapa banyak nikmat dan ketamaan yang telah Allah berikan kepada kalian, sebagaimana firman-Nya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..” (QS Al-Imran [3] : 110)

Perkara Pertama
Bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum daripada harumnya minyak kesturi di sisi Allah.2 Kata ( ), huruf kha’-nya dibaca dengan fathah atau dhammah, artinya adalah perubahan bau mulut ketika lambung kosong dari makanan. Bau ini dibenci manusia, namun lebih wangi daripada minyak kesturi di sisi Allah sebab ia terlahir dari ketaatan kepada-Nya. Apa saja yang timbul dari ibadah dan ketaatan kepada Allah tentu akan dicintai oleh-Nya, serta pelakukan akan diberikan sesuatu yang lebih baik sebagai pengganti. Tidakkah engkau mengetahui bahwa orang yang mati syahid di jalan Allah dalam rangka meninggikan kalimat-Nya itu akan datang pada hari Kiamat dengan darah yang mengalir, warnanya merah darah, namun baunya wangi minyak kesturi?
Perkara Kedua
Para Malaikat akan beristighfar untuk orang-orang yang mengerjakan ibadah puasa hingga mereka berbuka. Para Malaikat adalah hamba-Nya yang dimuliakan di sisi-Nya, sebagaimana Allah mensifati mereka dalam firman-Nya: “…Yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim [66] : 6)
Maka dari itu, sungguh layak apabila Allah mengabulkan doa para Malaikat untuk orang yang berpuasa. Sebab mereka memang telah diizinkan untuk itu. Allah mengizinkan para Malaikat untuk beristighfar bagi mereka untuk mengangkat, meninggikan penyebutan, serta menjelaskan keutamaan puasa ummat ini. Makna istighfar adalah meminta ampunan, yaitu dengan menutupi dan memaafkan dosa, baik di dunia maupun di akhirat. Inilah keinginan sekaligus tujuan tertinggi. Setiap anak Adam pasti sering berbuat kesalahan dan bersikap melampaui batas terhadap diri mereka sendiri. Sehingga mereka benarbenar membutuhkan ampunan Allah.
Perkara Ketiga
Allah mempeerindah Surga setiap hari sebagai persiapan untuk para hamba-Nya yang shalih dan dalam rangka memotivasi mereka untuk memasukinya. Allah berfirman kepada surge: “Hampir-hampir para hamba-Ku yang shalih mencampakkan beban dan penderitaan…” Yang dimaksud dengan hadits ini adalah mereka mencampakkan beban hidup di dunia dan susah payah serta pendeeritaannya lalu menyingsingkan lengan baju untuk mengerjakan amal-amal shalih yang dengannya mereka hidup bahagia di dunia dan akhirat dan dapat mengantarkan merreka ke Surga, negeri kedamaian dan kemuliaan.
Perkara Keempat
Syaithan-syaithan pembangkan diikat dengan rantai dan belenggu sehingga mereka tidak bias menyesatkan hambahamba Allah yang shalih dari kebenaran dan tidak dapat mencegah mereka dari kebaikan. Ini adalah salah satu bentuk pertolongan Allah kepada para hamba-Nya. Musuh ummat ini diikat sehingga tidak bias mengajak golongan mereka supaya menjadi penghuni Neraka yang menyala- nyala. Oleh sebab itu, dapat engkau saksikan bahwa pada bulan ini orang-orang shalih mempunyai keinginan yang lebih tinggi untk melakukan kebaikan dan menahan diri dari kejelekan dibandingkan pada bulan-bulan lainnya.
Perkara Kelima
Allah mengampuni ummat Muhammad s pada setiap akhir malam bulan ini. Jika mereka melaksanakan apa yang seharusnya dikerjakan pada bulan yang mulia ini, berupa puasa dan shalat, maka Allah akan memberikan karunia dengan menyempurnakan pahala mereka ketika telah selesai mengerjakan amal-amal mereka. Sesungguhnya orang yang beramal akan disempurnakan pahala amalnya setelah selesai mengerjakannya. Allah memberikan karunia kepada para hamba-Nya dengan pahala dari tiga sisi:
Pertama: Allah mensyariatkan amal-amal shalih kepada mereka sebagai sebab terampuninya dosa dan terangkatnya derajat mereka. Sekiranya Allah tidak mensyariatkan hal itu, tentulah mereka tidak akan beribadah kepada-Nya dengan amal-amal shalih tersebut. Sebab ibadah tidak diambil melainkan dari wahyu Allah kepada Rasul-Nya.Oleh karena itu, Allah mengingkari orang-orang yang mengada-adakan syariat selain diri-Nya dan menjadikan hal tersebut sebagai kesyrikan. Allah berfirman:
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS Asy-Syuura [42] : 21)
Kedua: Mereka diberi taufik oleh Allah untuk mengerjakan amal shalih yang telah ditinggalkan kebayakan manusia. Sekiranya bukan karena taufik dan pertolongan Allah kepada mereka, tentulah mereka tidak akan mengerjakannya. Hanya milik Allah lah segala keutamaan dan karunia dalam hal ini.
Allah berfirman:
“Mereka merasa telah memberi ni’mat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa telah memberi ni’mat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan ni’mat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orangorang yang benar.”” (QS Al-Hujarat [49 : 17)
Ketiga: Allah member karunia dengan pahala yang melimpah. Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, bahkan jauh lebih banyak daripada itu. Karunia berupa amal dan pahala berasal dari Allah semata, segala puji bagi-Nya. Dialah pemilik, pemelihara dan penggatur alam semesta.
Saudara-saudaraku, Ramadhan adalah nikmat yang besar bagi orang-orang yang mendapatinya dan menunaikan haknya. Yaitu, dengan kembali kepada Rabb-nya dari kemaksiatan menuju ketaatan kepadaNya, dari kelalaian menuju Ingat kepada- Nya, dan dari jauhnya diri menuju taubat kepada-Nya.
by : Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimain. http://abuthalhah.wordpress.com

Pengertian Anak Yatim Dalam Islam - Bina Dhuafa Indonesia

Sahabat Bina Dhuafa Indonesia, Siapakah yang dimaksud dengan anak yatim? Apakah perbedaan antara anak yatim dan anak piatu? Lalu bagaimana dengan anak yatim-piatu? Secara bahasa “yatim” berasal dari bahasa arab. Dari fi’il madli “yatama” mudlori’ “yaitamu”  dab mashdar ” yatmu” yang berarti : sedih. Atau bermakana : sendiri.
Adapun menurut istilah syara’ yang dimaksud dengan anak yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh ayahnya sebelum dia baligh. Batas seorang anak disebut yatim adalah ketika anak tersebut telah baligh dan dewasa, berdasarkan sebuah hadits yang menceritakan bahwa Ibnu Abbas r.a. pernah menerima surat dari Najdah bin Amir yang berisi beberapa pertanyaan, salah satunya tentang batasan seorang disebut yatim, Ibnu Abbas menjawab:

Dan kamu bertanya kepada saya tentang anak yatim, kapan terputus predikat yatim itu, sesungguhnya predikat itu putus bila ia sudah baligh dan menjadi dewasa
Sedangkan kata piatu bukan berasal dari bahasa arab, kata ini dalam bahasa Indonesia dinisbatkan kepada anak yang ditinggal mati oleh Ibunya, dan anak yatim-piatu : anak yang ditinggal mati oleh kedua orang tuanya.
Didalam ajaran Islam, mereka semua mendapat perhatian khusus melebihi anak-anak yang wajar yang masih memiliki kedua orang tua. Islam memerintahkan kaum muslimin untuk senantiasa memperhatikan nasib mereka, berbuat baik kepada mereka, mengurus dan mengasuh mereka sampai dewasa.  Islam juga memberi nilai yang sangat istimewa bagi orang-orang yang benar-benar menjalankan perintah ini.
Secara psykologis, orang dewasa sekalipun apabila ditinggal ayah atau ibu kandungnya pastilah merasa tergoncang jiwanya, dia akan sedih karena kehilangan salah se-orang yang sangat dekat dalam hidupnya. Orang yang selama ini menyayanginya, memperhatikannya, menghibur dan menasehatinya. Itu orang yang dewasa, coba kita bayangkan kalau itu menimpa anak-anak yang masih kecil, anak yang belum baligh, belum banyak mengerti tentang hidup dan kehidupan, bahkan belum mengerti baik dan buruk suatu perbuatan, tapi ditinggal pergi oleh Bapak atau Ibunya untuk selama-lamanya.
Betapa agungnya ajaran Islam, ajaran yang universal ini menempatkan anak yatim dalam posisi yang sangat tinggi, Islam mengajarkan untuk menyayangi mereka dan  melarang melakukan tindakan-tindakan yang dapat menyinggung perasaan mereka. Banyak sekali ayat-ayat Al-qur’an dan hadits-hadits Nabi saw yang menerangkan tentang hal ini. Dalam surat Al-Ma’un misalnya, Allah swt berfirman:.“Tahukah kamu orang yang mendustakan Agama, itulah orang yang menghardik anak  yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin ”
{QS. Al-ma’un : 1-3}
Orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan kepada fakir miskin, dicap sebagai pendusta Agama yang ancamannya berupa api neraka
Dalam ayat lain, Allah juga berfirman :

“Maka terhadap anak yatim maka janganlah engkau berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap   pengemis janganlah menghardik”.{QS.  Ad-Dhuha : 9 – 10 )
Sedangkan hadits-hadits Nabi saw yang menerangkan tentang keutamaan mengurus anak yatim diantaranya sabda beliau :

Aku dan pengasuh anak yatim berada di Surga seperti ini, Beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah-nya dan beliau sedikit  merengganggangkan kedua jarinya
Dan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw bersabda :

Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw bersabda : barang siapa yang memberi makan dan minum seorang anak yatim diantara kaum muslimin, maka Allah akan memasukkannya kedalam surga, kecuali dia melakukan satu dosa yang tidak diampuni.
Imam Ahmad dalam musnadnya meriwayatkan dari Abu Hurairoh r.a. hadits yang berbunyi :

Dari Abu Hurairoh, bahwa seorang laki-laki mengadu kepada Nabi saw akan hatinya yang keras, lalu Nabi berkata: usaplah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin
Dan hadits dari Abu Umamah yang berbunyi :
Dari Abu Umamah dari Nabi saw berkata: barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim laki-laki atau perempuan karena Allah, adalah baginya setiap rambut yang diusap dengan  tangannya itu terdapat banyak kebaikan, dan barang siapa berbuat baik kepada anak yatim perempuan atau laki-laki yang dia asuh, adalah aku bersama dia disurga seperti ini, beliau mensejajarkan dua jari-nya.
Demikianlah, ajaran Islam memberikan kedudukan yang tinggi kepada anak yatim dengan memerintahkan kaum muslimin untuk berbuat baik dan memuliakan mereka. . Kemudian memberi balasan pahala yang besar bagi yang benar-benar menjalankannya, disamping mengancam orang-orang yang apatis akan nasib meraka apalagi semena-mena terhadap harta mereka. Ajaran yang mempunyai nilai sosial tinggi ini, hanya ada didalam Islam. Bukan hanya slogan dan isapan jempol belaka, tapi dipraktekkan oleh para Sahabat Nabi dan kaum muslimin sampai saat ini. Bahkan pada jaman Nabi saw dan para Sahabatnya, anak-anak yatim diperlakukan sangat istimewa, kepentingan mereka diutamakan dari pada kepentingan pribadi atau keluarga sendiri. Gambaran tentang hal ini, diantaranya dapat kita lihat dari hadits berikut ini :
Dari Ibnu Abbas, ia berkata : ketika Allah Azza wa jalla menurunkan ayat “janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang hak” dan “sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan dzolim” ayat ini berangkat dari keadaan orang-orang yang mengasuh anak yatim, dimana mereka memisahkan makanan mereka dan makanan anak itu, minuman mereka dan minuman anak itu, mereka  mengutamakan makanan anak itu dari pada diri mereka, makanan anak itu diasingkan disuatu tempat sampai dimakannya atau menjadi basi, hal itu sangat berat bagi mereka kemudian mereka mengadu kepada Rasulullah saw. Lalu Allah menurunkan ayat “dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang anak yatim. katakanlah berbuat baik kepada mereka adalah lebih baik, dan jika kalian bercampur dengan mereka, maka mereka adalah saudara-saudaramu” kemudian orang-orang itu menyatukan makanan mereka dengan anak yatim.

Kisah Keajaiban Sedekah - Bina Dhuafa Indonesia


Sahabat Bina Dhuafa Indonesia, Inilah sebuah kisah keajaiban sedekah semoga menjadi motivasi bagi kita untuk senantiasa gemar bersedekah dan semoga dengan bersedekah Allah akan selalu memberi kemudahan Rezeki pada kita semua Amin, sahabat Mari kita simak kisah keajaiban sedekah berikut ini :
” Hari ini saya membuka friendster. Salah seorang sahabat mengirimkan sebuah nasehat yang membuat hati tertegun dan mata ini berkaca-kaca. Ia mengirimkan sebuah ’surat cinta’ dari Rasulullah saw. Isi suratnya sebagai berikut;


Rasulullah SAW pernah berkata, bahwa setiap masuk pagi, ada dua malaikat mengajukan permohonan mereka kepada Allah SWT. Malaikat pertama berdoa:”Ya Allah berikanlah ganti bagi orang yang menginfaqkan hartanya”. Yang kedua berdoa:” Ya Allah jadikanlah semakin tidak punya orang yang pelit terhadap hartanya.”
Berbicara mengenai balasan dari Allah atas sedekah ataupun infaq yang telah kita keluarkan, sungguh kita butuh keyakinan yang sempurna, bahwa Allah akan mengganti dengan berlipat-lipat dari arah yang tak pernah kita sangka-sangka sebelumnya. Bukankah Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya? Berikut ini adalah sekelumit pengalaman yang mudah-mudahan bermanfaat buat ikhwah sekalian.
Alhamdulillah, saya sekeluarga sejak beberapa bulan lalu belajar menguatkan keyakinan itu, bahwa Allah akan memberikan ganti yang lebih baik bagi orang-orang yang menginfakkan hartanya. Dan dengan pengharapan yang besar kepada Allah bahwa Dia pasti akan memenuhi janjinya tanpa menunggu waktu yang lama. Saya dan istri juga mulai belajar merutinkan sedekah baik dikala lapang dan sempit. Dengan nilai besar ataupun kecil, dengan jalan menghadiahi orang tua atau saudara. Meski tidak seberapa namun kami belajar untuk mengasah keikhlasan semata karena Allah. Dan dengan jalan menyisihkan infaq untuk fii sabilillah. SubhanAllah, keyakinan itu semakin kuat. Dan janji Allah demikian nampak jelas. Salah satunya adalah pada aksi solidaritas Palestina untuk warga Ghaza yang lalu.
Saya dan istri memang orang yang berpenghasilan utama dari gaji yang kami terima setiap akhir bulan. Beberapa penghasilan dari usaha lain (memang sudah menjadi komitmen) sementara tidak kami masukkan dalam penghasilan keluarga. Praktis kami menghidupi diri dengan gaji bulanan tersebut. Maka, kejadian uang habis sebelum jatuh tanggal menjadi hal yang lumrah dan biasa. Tapi kami tak berputus asa, bahkan kami makin semangat untuk berinfaq sekaligus menguatkan keyakinan terhadap janji-janji Allah.
Saat aksi Palestina 27 Januari lalu, kondisi kantong keluarga memang sedang kurang bersahabat. Baru 3 hari terima gaji, cuma tersisa beberapa rupiah saja. Bukan karena dibelanjakan konsumtif, karena kebetulan bulan Januari itu saya mengembangkan usaha yang terpaksa harus mengambil sebagian besar penghasilan bulanan yang biasanya saya terima. Sebagian sisanya sudah pasti dibelanjakan untuk mujahidah kecil kami, Safiya Salwa Syahidah, yang saat ini menginjak usia 10 bulan. Namun, atas dasar cinta dan empati kepada saudara seiman di Ghaza, kami sekeluarga berangkat ke Monas dengan semua bekalmaal yang masih tersisa. Ada beberapa lembar uang kertas yang tersumpal dikantong celana. Sayangnya hanya 2 lembar yang signifikan nilainya. Beberapa yang lain hanya cukup untuk membeli makanan sederhana dan air minum untuk kami saat aksi siang harinya, termasuk buat Salwa. Itu pun mungkin tidak cukup.
Namun, saya sudah meniatkan untuk menginfaqkan 1 lembar dari 2 lembar yang cukup berharga itu, (jika tak layak disebut SANGAT berharga). Istri awalnya sedikit agak ragu, mengingat penghasilannya yang beberapa hari lagi keluar sudah ter-pos-pos sedemikian rupa. Sementara untuk melewati satu bulan kedepan masih sangat panjang. Sehingga sepeser dari uang yang tersisa menjadi sangat berarti. Sampai saat aksi solidaritas untuk Palestina itu lewat separuh jalan, istri masih berat hati. Namun bayang wajah duka lara saudara-saudara di Ghaza membuat menitik air mata ini. Saya coba terus meyakinkan istri, bahwa Allah pasti akan mengganti dengan yang jauh lebih banyak. Apalagi mengeluarkan sedekah karena Allah di kala sempit. Allah pasti tak akan membiarkan begitu saja hamba-Nya yang punya ar-rajaa’ dan al-hubkepada saudaranya seiman.
Aksi itu sudah sampai dipenghujungnya, kami pun bersiap melangkah pulang seraya menunggu bus umum yang menuju ke Kota Tangerang. Saya merogoh saku celana dan seketika terhenyak, ternyata kami belum berinfak. Saya genggam beberapa lembar uang kertas di tangan. Dan kutatap wajah istri untuk meminta persetujuannya mengambil satu diantara 2 lembar uang yang sangat berharga itu, sebagaimana yang dari awal sudah diniatkan. Sementara 1 lembar lagi kami pakai untuk ongkos naik bus. Akhirnya, istripun mengangguk tanda setuju.
Saya pun bersyukur. Karena ‘pasukan pengumpul’ infaq dari panitia aksi sudah sangat jauh dari posisi kami, maka sembari meraih Salwa saya mendekati beberapa panitia petugas medis Aksi yang kebetulan sedang berhenti beberapa puluh meter di dekat kami. Setelah sejenak kami beri penjelasan bahwa kami terlupa belum infaq, maka petugas medis bersedia menerima titipan tersebut dari kami. Salwa yang menggenggam uang itu, dan itu pertama kali baginya berlatih untuk berinfaq. Dalam hati, ucapan ‘bismillah’ saya kuatkan saat jemari mungil Salwa melepaskan satu lembar uang berharga itu. Dan akhirnya kami pulang dengan hati yang tentram, penuh syukur, dan berserah diri kepada Allah. Semoga sedikit dari rizki yang kami infaqkan bisa memberi manfaat untuk anak-anak Ghaza yang teraniaya dan tak mampu membeli susu.
Janji Allah itu tak pernah meleset dan ingkar. Allah memenuhi janji-Nya dengan cara-caranya sendiri. Belum genap 24 jam semenjak aksi itu, dari arah yang tak disangka-sangka, lewat tangan istri, Allah SWT memberikan ganti sejumlah uang sama persis dengan nilai uang yang kami infaqkan sehari sebelumnya. Saat istri menyampaikan kabar itu, mata saya berkaca-kaca. “Subhanallah, Engkau Maha menepati janji ya Allah”. Hati saya bergemuruh, bukan karena uang yang kami terima itu. Namun karena untuk yang kesekian kalinya bagi kami, Allah memenuhi janji-Nya secepat kilat.
Tidak sampai disitu, dari uang itu kami pun sepakat untuk menyedekahkan sebagiannya. Subhanallah, 10 hari kemudian lewat tangan istri kembali, lewat jalan yang tak disangka-sangka Allah menggantinya 7 kali lipat dari sebagian yang kami infaqkan. Dengannya kami pun menyedekahkan sebagian lagi dari yang 7 kali lipat itu, dan 2 hari berikutnya Allah yang Maha Kaya menggantinya 10 kali lipat dari yang kami sedekahkan. Padahal biasanya kami hanya menerima penghasilan dari gaji tetap bulanan saja yang tak ‘mungkin’ bertambah di tengah jalan.
Memang Allah benar-benar mengganti sedekah hamba-Nya dengan berlipat-lipat keberkahan. Bahkan di pagi ini, saya mendapatkan kabar gembira lewat telepon dari seorang ikhwah yang bekerjasama mengelola sebuah usaha baru yang saya jalankan. Bahwa usaha yang dibuka hari pertama dihari kemarin menunjukkan optimisme keuntungan yang sangat menjanjikan. Alhamdulillah.
Terima kasih yaa Rabbana, mudah-mudahan Engkau anugerahkan kepada kami dan saudara-saudara kami rezeki yang melimpah lagi berkah. Agar kami bisa kembali bersedekah (dengan lebih banyak) untuk saudara-saudara kami lainnya yang Engkau uji dengan kekurangan harta dan ketakutan. Ya Allah, sayangi dan kasihilah saudara-saudara kami di Ghaza dengan kuasa-Mu. Lindungi dan selamatkan mereka dari orang-orang yang dzalim lagi aniaya.
Ya Allah Dzat yang Maha Perkasa, kami beriman atas janji-janji-Mu. Dan semakin kuat atas keyakinan kami, bahwa iman, ukhuwah, dan rezeki di tangan hamba-Mu tak pernah Engkau sia-siakan. Engkau pasti bersama kami dengan keimanan kami, dan Engkau pasti menjadi Penolong kami dengan persaudaraan kami. Tak ada nilai yang kecil di sisi Engkau, ketika sedekah ini dibalut dengan keikhlasan dan cinta atas nama-Mu.

Ayat Tentang Sedekah - Bina Dhuafa Indonesia


Sahabat Inilah beberapa ayat yang menerangkan tentang masalah sedekah dan semoga kita senantiasa menjadi orang yang gemar bersedekah “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: “Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari kiamat yang pada bari itu tidak ada jualbeli dan persahabatan”


Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran)

dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai). dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat.

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana .

Keutamaan Bersedekah - Bina Dhuafa Indonesia


Sedekah itu sebenarnya mempunyai beragam keutamaan seperti, Sedekah merupakan penolak bala, sedekah penyubur pahala, dan sedekah dapat melipatgandakan rezeki; bagai sebutir benih yang ditanam akan menghasilkan tujuh cabang, yang pada tiap-tiap cabang itu terjurai seratus biji. Dalam Al Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman :
Artinya : “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah  adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (Al Baqarah: 261).

Selain itu seorang hamba akan mencapai hakikat kebaikan dengan sedekah sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (Ali Imran: 92)
Tapi, entah mengapa sebagian manusia justru merasa berat dan susah jika menyisihkan sebagian harta dan perhiasan-perhiasan duniawi yang mereka miliki. Harta yang dikumpulkan dengan susah payah itu, dianggap sebagai miliknya dan tidak ada untungnya jika harus dibagi atau diberikan kepada orang lain. Alasannya takut merugi dan kehilangan jika harus membagi sebagian harta yang telah dikumpulkannya itu. Padahal, dalam setiap harta yang dikumpulkan seseorang, ada hak bagi mereka yang memerlukan dan membutuhkan adalah satu sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang patut diamalkan.
Tetapi, sifat kikir, merasa rugi dan juga takut miskin kerap menjadi penghalang bagi seseorang untuk membagikan hartanya yang dimiliki, apalagi sesuatu yang amat dicintai. Padahal, di balik uluran tangan atau menyedekahkan harta itu ada keutamaan yang Allah Subhanahu wa Ta’alajanjikan. Apa keutamaan dari janji itu ketika seseorang ringan tangan dalam bersedekah?
Ali bin Muhammad Ad-Dahhami dalam buku Sedekahlah, Maka Kau Akan Kaya (Daar  An-Naba’:2007) membeberkan keutamaan sedekah dan faedahnya yang digali dari beberapa hadits. Adapun keutamaan itu antara lain; sedekah dapat memadamkan kemarahan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dapat menghapus kesalahan, perisai dari api neraka, mengobati penyakit hati, menolak berbagai macam bala’, melipatgandakan pahala, dan masih banyak lagi. Beliau juga menerangkan bagaimana cara melaksanakan sedekah yang paling utama, adab-adab dalam bersedekah, serta beberapa contoh dan teladan dalam bersedekah.
Selain itu, sedekah juga bisa menambahkan kekayaan. Bahkan orang yang bersedekah di waktu pagi, maka dia akan diselamatkan dari bencana alam sepanjang hari itu. Dan jika orang bersedekah pada permulaan malam, dia akan diselamatkan dari bencana disepanjang malam. Dengan sedekah, sakit pun bisa sembuh. Karena itu, kalau orang memenuhi kebutuhan rumah tangga seorang Muslim, menyelamatkan mereka dari kelaparan, memberi mereka pakaian dan melindungi kehormatan mereka, amalnya lebih baik dibandingkan berhaji sebanyak tujuh kali. Padahal, berhaji itu lebih baik dibandingkan dengan memerdekakan tujuh puluh budak dan orang yang membebaskan budak, maka Allah akan membebaskan setiap tubuhnya dari api neraka untuk satu anggota tubuh seorang budak yang dibebaskan itu.
Karena itulah, kita tak lagi asing mendengar kisah para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang amat ringan tangan dalam bersedekah. Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu’anhutelah menginfakkan seluruh hartanya dalam suatu kesempatan, dan Umar Radhiallahu’anhumenginfakkan separoh hartanya, sedangkan Utsman Radhiallahu’anhu menyiapkan bekal seluruh pasukan al-‘usrah. Jika kita merasa berat dengan sedekah harta, ada banyak bentuk sedekah lain yang bisa kita lakukan. Salah satunya adalah sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa “Senyum dihadapan saudaramu adalah sedekah” (Riwayat Muslim).
Nah, semoga kita dapat meneladani apa yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamdan para sahabatnya untuk mendapatkan balasan yang sudah dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sejumlah keutamaan di balik sedekah itu. Amin!

Bina Dhuafa Indonesia

Yayasan Bina Dhuafa Indonesia adalah sebuah lembaga yang bergerak di bidang sosial dengan pendayagunaan dana zakat infaq sedekah serta wakaf  ZISWAF, untuk program pemberdayaan anak-anak dhuafa yang masih berusia produktif